KARAKTER KUAT ADALAH KARAKTER YANG BERHATI NURANI

0 komentar

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia atau Human Development Index (HDI) 14 Maret 2013 menduduki peringkat 121 dari 185 negara, walaupun hal tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, namun berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi yang diluncurkan oleh Transparency International (TI), Indonesia berada di urutan 118 dari 176 negara dengan skor indeks 32, dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia berada di urutan bawah.
Posisi Indonesia bahkan di bawah Malaysia, Thailand, dan Filipina. “Ini menunjukan karakter seperti apa yang kini sedang melanda bangsa Indonesia. Apakah memang seperti ini yang kita tuju? Saat ini seolah-olah bangsa Indonesia kehilangan jati dirinya,” ujar Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, saat menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional Pendidikan Karakter bertemakan "Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Bangsa" yang diadakan di Gedung Sertifikasi Guru Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada hari Rabu (26/6).
Dalam bahan seminarnya yang berjudul "Bimbingan Dalam Pembentukan Karakter Bangsa Di Era Globalisasi" ini, Wiranto mengungkapkan bahwa karakter bangsa memang sangat sulit dicari formulasinya, sebab hal tersebut adalah sesuatu sangatu yang abstrak. “Karakter bangsa merupakan sesuatu yang sangat khas, pemahaman rasa, karsa, dan perilaku berbangsa yang berdasarkan 4 pilar kebangsaan,” jelas Wiranto.
Wiranto juga menyebutkan bahwa sumber karakter yang baik adalah yang berasal dari hati nurani atau qalbu, karena disanalah sumber kebenaran dari diri kita ditempatkan. “Jika manusia mampu berfikir dan berekspresi sesuai dengan hati nuraninya, bisa dipastikan akan muncul perilaku yang sesuai pula dengan hati nuraninya. Kemudian muncul kebiasaaan dan akhirnya akan menjadi karakter yang berhati nurani,” tambah Wiranto.
Selain itu Wiranto juga menegaskan, bahwa sebenarnya bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, sehingga ketika negara ini dijajah oleh negara asing, saat kita bersatu maka kita mampu mengenyahkan para penjajah tersebut. “Namun pada era globalisasi seperti ini, apakah kita sudah mampu untuk menjadi diri sendiri di negara ini? Sebab jika kita perhatikan hampir semua produk yang kita gunakan adalah produk asing, maka dibutuhkan karakter yang kuat untuk mampu merubah keadaan ini,” ujarnya dalam seminar yang diikuti oleh para dosen S1, S2 maupun S3 dari berbagai Perguruan Tinggi ini.
Hal tersebut dibenarkan oleh Rektor UNJ Prof. Bejo Suyanto, ia menegaskan bahwa kebiasaan baik akan menjadi ciri sesorang, itulah yang menjadi karakter, dan orang berkarakter pasti memiliki hati nurani yang bersih dan prinsip dalam hidup. “Jika kita renungkan Sumpah Pemuda 85 tahun yang lalu, mereka telah mencontohkan karakter berbangsa yang luar biasa, serta memiliki visi yang luar biasa untuk membangun indonesia. Seharusnya jika hal tersebut terus dibangun maka negara kita bisa menjadi bangsa yang kuat,” jelas rektor UNJ tersebut.
Hal senada diungkapkan oleh Direktur Pascasarjana UNJ, Prof. Djaali, ia menyebutkan bahwa bangsa Indonesia memang sudah terlalu lama terjebak pada pendidikan pengetahuan, maka harus dibuat pendidikan yang proporsional antara intelektual, karakter dan keterampilan. “Karakter tercermin dari perilaku. Perilaku mulia merupakan hasil interaksi edukatif yang terbentuk di lingkungan pendidikan, maka dibutuhkan pendidikan yang efektif untuk membangun karakter bangsa Indonesia,” ujarnya.
Tag: hanurawirantounj
Share this article :